Daily Archives: Agustus 9, 2012

Diabetes Melitus Gestasional

Standar

Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai. Diabetes Melitus dengan kehamilan (Diabetes Mellitus GestationalDMG) adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Pada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga.

Diabetes melitus gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal (di sekitar waktu melahirkan), dan ibu memiliki risiko untuk dapat menderita penyakit diabetes melitus yang lebih besar dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. Diabetes Mellitus Gestasional ini meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia. Frekuensi DMG kira-kira 3–5% dan para ibu tersebut meningkat risikonya untuk menjadi DM di masa mendatang.

Patofisiologi

Bila gula darah tidak dikendalikan, maka terjadi keadaan gula darah ibu hamil yang tinggi (hiperglikemia) yang dapat menimbulkan risiko pada ibu dan juga janin.

Risiko pada janin dapat terjadi hambatan pertumbuhan karena timbul kelainan pada pembuluh darah ibu dan perubahan metabolik selama masa kehamilan. Sebaliknya dapat terjadi makrosomia yaitu bayi pada waktu lahir besar akibat penumpukan lemak di bawah kulit. Juga pernah dilaporkan terjadinya cacat bawaan karena diabetes mellitus yang tidak diobati waktu kehamilan.

Ketika sel tidak terdapat cukup glukosa dikarenakan kurangnya jumlah insulin, meski sebenarnya dalam darah terdapat glukosa yang berlebihan, boleh dikatakan sel-sel ini ‘kelaparan’. Hal ini menyebabkan peningkatan nafsu makan dan walaupun penderita DM sudah makan lebih banyak, kelihatannya sel tidak pernah mendapatkan cukup glukosa.

Menurut penelitian sekitar 40-60 persen ibu yang mengalami diabetes mellitus pada kehamilan dapat berlanjut mengidap diabetes mellitus setelah persalinan. Disarankan agar setelah persalinan pemeriksaan gula darah diulang secara berkala misalnya setiap enam bulan sekali

 

Faktor Resiko

Menurut Mochtar, 1998 kemungkinan diabetes gestasional lebih besar bila:

1. Umur sudah lebih dari 30 tahun.

2. Multiparitas.

3. Gemuk (obesitas) yaitu berat badan saat hamil lebih dari 20% berat badan ideal.

4. Ada anggota keluarga sakit diabetes (hereditas).

5. Ada sejarah lahir mati dan anak besar (bayi dengan berat lebih dari 4000 gram).

6. Sering abortus.

7. Glukosuria.

Diagnostik

Menurut Manuaba, 2000, dasar diagnosis kahamilan pada diabetes mellitus:

a. Sejarah keluarga dengan diabetes mellitus.

b. Kehamilan dengan sejarah abortus, kematian janin, atau bayi besar diatas 4 kg.

c. Pemeriksaan alfa feto protein untuk mencari kemungkinan kelainan kongenital atau neurologis.

d. Pemeriksaan gula darah di atas 140 mg/lt.

e. Hasil glukosa toleransi tes abnormal:

1) Puasa kurang dari 90.

2) Jam 1 kurang dari 165

3) Jam 2 kurang dari 145

4) Jam 3 kurang dari 125

f. Kehamilan dengan cacat jasmani.

Pengaruh Kehamilan Terhadap Diabetes Melitus

1. Pengendalian diabetes mellitus pada kehamilan karena:

a. Emesis- hiperemesis gravidarum.

b. Pemakaian glukosa bertambah:

1) Tumbuh kembang janin dalam rahim.

2) Hiperplasia dan hipertropi jaringan.

3) Metabolisme basal ibu meningkat.

c. Efek insulin dikurangi oleh perubahan hormon: estrogen-progesteron, plasenta laktogen, insulinase plasenta merusak insulin ibu.

d. Terjadi kompensasi pengeluaran insulin janin dari pankreas dan adrenal.

2. Situasi hiperglikemia memudahkan infeksi hamil atau kala nifas.

Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan

1. Dalam kehamilan

  • Insufisiensi plasenta menyebabkan:

–   Abortus-prematurius.

–   Kematian janin dalam rahim.

–   Kelainan kongenital meningkat

  • Komplikasi kehamilan dengan DM:

–   Hidramnion.

–   Makrosomia diikuti kelainan letak janin.

–   Pre-eklampsia dan eklampsia.

2. Pengaruh diabetes tehadap persalinan

  • Inersia uteri primer dan sekunder.
  • Persalinan operatif makrosomia.

3. Pengaruh terhadap kala nifas

  • Mudah terjadi infeksi sampai sepsis.

4. Pengaruh terhadap janin

Gangguan insufisiensi plasenta :

  • Abortus sampai kematian janin dalam rahim.
  • Makrosomia dengan komplikasinya.
  • Dismaturitas dan meningkatnya kematian neonatus kelainan kongenital.
  • Kelainan neurologis sampai IQ rendah.
  • Kematangan paru terhambat menimbulkan RDS, asfiksia, dan lahir mati.

Penatalaksanaan

Pengobatan dan penanganan penderita diabetes yang hamil dilakukan untuk mencapai 3 maksud utama, yaitu:

  1. Menghindari ketosis dan hipoglikemia.
  2. Mengurangi terjadinya hiperglikemia dan glisuria.
  3. Mengoptimalkan gestasi.

Penanganan pada penderita DM meliputi:

1. Diet

Penderita harus mendapatkan lebih banyak kalori karena berat badannya bertambah menurun. Penderita DM dengan berat badan rata-rata cukup diberi diet yang mengandung 1200-1800 kalori sehari selama kehamilan. Pemeriksaan urine dan darah berkala dilakukan untuk mengubah dietnya apabila perlu. Diet dianjurkan ialah karbohidrat 40%, protein 2 gr/kg berat badan, lemak 45-60gr. Garam perlu dibatasi untuk mengurangi kecenderungan retensi air dan garam.

2. Olah raga

Wanita hamil perlu olah raga, tetapi sekedar untuk menjaga kesehatannya. Kita tidak bisa memaksakan olah raga pada ibu hamil hanya untuk menurunkan gula dalam darahnya.

3. Obat-obat antidiabetik

Selama kehamilan kadar darah diatur dengan antidiabetik. Pemeriksaan kadar darah harus dilakukan lebih sering. Pemberian suntikan insulin merupakan salah satu pengobatan bagi penderita penyakit DMG untuk mengontrol kadar gula darahnya. Beberapa jenis obat-obat untuk penderita DM yang dapat dikonsumsi dengan dimakan dan yang beredar di Indonesia hingga saat ini memang tidak seluruhnya boleh diberikan pada ibu hamil, karena dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi janin yang dikandung. Misalnya menimbulkan cacat bawaan pada janin. Pada trimester pertama paling sukar dilakukan pengobatan karena adanya nausea dan vomitus. Pada timester kedua pengobatan tidak begitu sukar lagi karena tidak perlu perubahan diet dan dosis antidiabetik. Dalam trimester ketiga sering diperlukan lebih banyak antidiabetik karena meningginya toleransi hidrat arang.

4. Diuretik

Jika ada hipertensi atau tanda-tanda retensi cairan dianjurkan miskin garam. Jika ini tidak menolong dapat diberikan deuretik.

5. Steroid-steroid seks

Sekresi estrogen berkurang pada wanita hamil diabetik. Komplikasi pada fetus berkurang jika selama kehamilan diberi estrogen dan progesteron dalan dosis besar.

6. Penatalaksanaan obstetrik

  • Persalinan dilakukan:

–   Pertahankan sampai aterm dan spontan.

–   Induksi persalinan pada minggu 37-38.

–   Primer seksio sesarea.

  • Penanganan bayi dengan DM:

–    Disamakan dengan bayi prematur.

–    Observasi kemungkinan hipoglisemia.

–    Perawatan intensif: neonatus intensif unit care dengan pengawasan ahli neonatologi.